Jumat, 14 November 2008

Kenapah pendidikan?

>iyah, kenapah pendidikan? kenapa mau bersusah payah untuk membahas pendidikan, di saat ada obyek yang begituuu mudah bwt saya? tentang manusia misalnya. yeaaah.. walaupun pendidikan ujungnya pun nanti berhubungan dengan manusia (semua pasti akan berakhir disana bukannya?). Kenapa tidak membahas "konsep manusia smpurna menurut novel 5cm, karya Donny Adhinegara" ? bukankah Lebih mudah. saya sangat mencintai novel itu, daaan.. penjabarannya pun sudah terraba oleh saya di dalam pikiran ini. lalu kenapa pendidikan? Pendidikan yang bagaimana...
Bukan karena ingin menulis skripsi yang outstanding yang membuat saya memutuskan mengambil tema besar pendidikan. Hanya sajaa... semua keputusan ini saya ambil berdasarkan keinginan nurani memberikan sedikit saja pemahaman kepada masyarakat tentang dunia pendidikan. Geram saja melihat begitu sepelenya (sepertinya) dunia pendidikan di mata sebagian besar masyarakat Indonesia. Tapi .. bukan mau jadi manusia sok tau.. hanya melihat dari sudut pandang seorang mahasiswa ajah.. memberikan wacana sama orang - orang di luar sana yang amsih peduli sama dunia pendidikan.
Perkembangan pendidikan harusnya sejalan dengan perkembangan kebutuhan. Hal tersebut tentu harus dipahami dengan sungguh – sungguh. Misalnya pada anak bayi, diberi didikan untuk mampu berucap / berkata – kata. Tujuan awalnya adalah memberi kemudahan bagi mereka untuk mengungkapkan maksud. Jadi saat mereka lapar, sakit perut, kedinginan, mereka tidak hanya menangis. Mereka bisa berucap, berbicara kepada orang – orang di sekitarnya untuk menyampaikan apa yang ia inginkan. Dengan begitu, kebutuhan kebutuhannya dapat dipenuhi.

Namun, pendidikan di Indonesia mengalami pergeseran makna saat anak memasuki usia sekolah. Pendidikan yang tadinya diharapkan mampu membantu anak memenuhi kebutuhan, menjadi sekedar kewajiban.Semakin meningkatnya kebutuhan anak, tidak ditunjang dengan baik oleh pendidikan yang didapat.Pendidikan yang maknanya begitu luas dikerucut menjadi sekolah. Hampir sebagian masyarakat di Indonesia percaya bahwa institusi pendidikan hanya sekolah. Tidak sedikit tetapi orang tua yang berpikir ulang untuk menyerahkan secara total pendidikan anak – anak mereka ke institusi sekolah formal tersebut. Banyak orang tua yang mulai sadar bahwa sekolah formal belum cukup baik untuk anak – anak mereka.Kerapkali sekolah formal berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah), bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial (nilai-nilai iman dan moral). Di sekolah, banyak murid mengejar nilai rapor dengan mencontek atau membeli ijazah palsu. Selain itu, perhatian secara personal pada anak, kurang diperhatikan. Ditambah lagi, identitas anak distigmatisasi dan ditentukan oleh teman-temannya yang lebih pintar, lebih unggul atau lebih “cerdas”. Keadaan demikian menambah suasana sekolah menjadi tidak menyenangkan bagi peserta didik

itu hanya sebagian paragraf yang saya mabil dari latar belakang penulisan skripsi ini. semoga bisa memancing sedikit keingintahuan... kalo ada masukan juga boLeehh
;)